Kolaborasi UNESA-Kemensos: Penanganan Disabilitas Secara Holistik, Integratif, dan Inklusif

puid.unesa.ac.id, SURABAYA – Universitas Negeri Surabaya (UNESA) bekerja sama dengan Kementerian Sosial (Kemensos) menyelenggarakan diskusi reflektif bertema "Penanganan Penyandang Disabilitas Secara Holistik, Integratif, dan Inklusif." Acara ini dibuka oleh Menteri Sosial, Tri Rismaharini, di Kantor Kemensos, Jakarta, pada Senin, 24 Juni 2024.
Diskusi ini tidak hanya membahas teori, tetapi juga memberikan panduan praktis tentang implementasi penanganan disabilitas. Selain itu, acara ini juga membahas refleksi dalam konteks pengembangan teknisi di wilayah Kemensos yang menangani disabilitas.
Prof. Dr. Budiyanto, M.Pd., Direktur Pusat Unggulan Disabilitas (PUD) UNESA, menjelaskan bahwa kolaborasi antara UNESA dan Kemensos ini memperkenalkan konsep penanganan disabilitas yang inovatif melalui Sistem Informasi Penanganan Penyandang Disabilitas UNESA (SIPISA). "SIPISA adalah platform berbasis web yang dirancang untuk membantu para pelatih dalam menetapkan program yang sesuai bagi penyandang disabilitas," jelasnya.
Kerja sama ini diawali dengan kunjungan Kemensos ke UNESA, di mana Kemensos meminta UNESA untuk meningkatkan kompetensi pelatih di wilayahnya. Pusat Unggulan Disabilitas UNESA kemudian menyusun desain pengembangan kompetensi tersebut dengan pendekatan penanganan disabilitas secara holistik, integratif, dan inklusif.
Konsep SIPISA diperkenalkan dan akan diterapkan oleh para instruktur di lingkungan Kemensos secara bertahap melalui lima gelombang pelatihan. Gelombang pertama akan diadakan pada 25-27 Juni di Jakarta, gelombang kedua dan ketiga di Bandung, serta gelombang keempat dan kelima di Yogyakarta, dengan peserta pelatihan adalah instruktur nasional.
Materi pelatihan mencakup berbagai jenis disabilitas, dengan fokus pada penanganan disabilitas secara holistik, integratif, dan inklusif menggunakan SIPISA. Dalam konteks penerapan, konsep ini sudah matang dan diterima dengan baik oleh pejabat tinggi, yang memudahkan layanan penanganan disabilitas dan mempercepat penyelesaiannya. Implementasi awal akan diawali dengan studi di Sentra Terpadu Prof. Dr. Soeharso di Surakarta, Jawa Tengah.
"Dengan studi ini, diharapkan aplikasi dapat dikembangkan lebih matang dan sesuai dengan kebutuhan lapangan," pungkas Prof. Budiyanto.
Dr. Martadi, M.Sn., Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Pengembangan, Kerja Sama, dan Teknologi Informasi dan Komunikasi, menyatakan bahwa fokus utama UNESA adalah pengembangan penanganan disabilitas. "Kami sangat berkomitmen untuk menjadi pusat unggulan dalam bidang disabilitas, yang tidak hanya merupakan misi akademik, tetapi juga tanggung jawab sosial untuk meningkatkan kualitas hidup penyandang disabilitas di Indonesia," ujarnya.
Tri Rismaharini menyatakan bahwa pengembangan aplikasi SIPISA, hasil kolaborasi dengan UNESA, akan secara signifikan meningkatkan pelayanan bagi penyandang disabilitas. "Pengembangan aplikasi ini adalah langkah besar dalam upaya kita memberikan layanan yang lebih baik dan inklusif bagi penyandang disabilitas, dan kolaborasi ini telah kami bahas dengan UNESA sejak tahun 2023 karena kami melihat potensi besar yang dimiliki UNESA dalam bidang ini," ujarnya.
Mensos menambahkan bahwa kolaborasi ini tidak hanya mencakup peningkatan teknis, tetapi juga menunjukkan dukungan dan keahlian dari kolaborasi UNESA dan Kemensos untuk mencapai pelayanan yang lebih efektif dan efisien. Dengan dukungan SIPISA, diharapkan akan ada sinergi yang lebih baik antara berbagai pihak dalam menangani isu-isu disabilitas. Kerja sama antara UNESA dan Kemensos dalam diskusi ini menunjukkan komitmen kedua institusi untuk mendukung upaya pemerintah menciptakan masyarakat yang inklusif dan ramah bagi penyandang disabilitas.
Share It On: