03 Januari 2022, Memperingati Hari Berdirinya Perkumpulan Penyelenggaraan Pengajaran kepada Anak Tuli/Bisu

Mengulik kisah berdirinya perkumpulan peyelenggara
pengajaran kepada Anak Tuli-Bisu, Cikal bakal SLB-B Pertama di Indonesia.
Sekolah
adalah salah satu fasilitas yang menyediakan pengajaran bagi anak untuk memhami
banyak pengetahuan serta aspek-aspek kehidupan, umumnya anak yang bersekolah
adalah anak usia 3 tahun hingga usia 17 tahun, namun bagimana dengan peyandang
disabilitas? pada masa kolonial hindia belanda pembelajaran bagi disabilitas
sangat terbatas bahkan pada peyandang disabilitas yang merupakan anak dari
kalangan elit. Hal ini berlaku bagi seluruh peyandang disabilitas. Tidak
terkecuali pada pedanyang disabilitas pendengaran, jika dari fisik mereka
layaknya anak pada umumnya namun sesungguhnya kemampuan mereka dalam
berkomunikasi tentunya banyak mengalami hambatan.
Kemampuan
berkomunikasi adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia. Namun
bagi anak-anak dengan hambatan pendengaran dan bicara, menjadi tantangan
tersediri bagi mereka dalam menghadapi cara berkomunikasi yang berbeda dengan
teman dengar lainnya. Keterbatasan dalam memahami serta berbicara dan mendengar
menjadikan mereka terasa mengisolasi diri mereka dari interaksi sosial serta
pengalaman belajar yang terbatas bagi mereka.
Hal
ini menjadikan Ny. CM Roelfsema Wesselink, istri dari seorang dokter ahli THT
di Indonesia bernama H.L Roelfsema. Rasa empatinya terhadap anak-anak dengan
gangguan pendengaran dan wicara membuat Ny, CM Roelfsema mendirikan perkumpulan
penyelanggaran pengajaran kepada anak Tuli Bisu pada tanggal 3 Januari 1930,
tepatnya dikediaman beliau di Jln. Riau No. 20 Bandung. Bangunan sekolah dan
asrama bagi penyandang Tuli dan Bisu pertama didikan, pada saat itu jumlah
murid masih 6 orang.
Sekolah
ini mengalami beberapa perpindahan tempat, setelah di rumah Ny. Sm Roelfsema,
dipindahkan ke Oude Hosfitalweg No. 27 Bandung, tidak lama kemudian didatangkan
dua orang guru ahli dari Nederland yaitu Tuan DW. Blomink dan Nona E. Gudberg,
yang kemudian Tuan DW. Blomink diangkat menjadi direktur, berkat kebijakan Tn
KAR Bosscha beliau menyerahkan uang sebesar ƒ 50.000 kepada kota Praja Bandung pada waktu itu.
Gedung sekolah resmi di buka pada tanggal 18
Desember 1933 di desa Cicendo, distik bandung, kabupaten bandung. Dengan jumlah
murid 26 orang, 6 diantaranya tinggal di luar asrama. Pada masa penjajahan
jepang sekolah perkumpulan mengalami pemberhentinan, gedung sekolah di ambil
alih oleh tentara jepang, setelah jepang mengalami kelumpuhan gedung sekolah di
kembalikan kepada perkumpulan, sehingga pelaksaan pendidikan dapat dilakukan
kembali, kementrian pendidikan dan pengajaran mendatangkan kembali guru ahli
dari nederrland , yaitu Jivan Dooran dan Disusul Oleh Tn Van Derbek.
Sekolah dan asrama perkumpulan mengalami banyak
sekali pergantian nama dan perubahan struktur lembaga, mulai dari LPATB,
berubah menjadi Sekolah rakyat latihan luar biasa hingga pada akhirnya tahun
1954 departemen pendidikan menetapkan lembaga pendndikan untuk penyandang cacat
di Indonesia dinakan sekolah luar biasa (SLB). Dengan perubahan zaman dan
dengan beberapa kali lembaga ini ada perubahan nama, mulai dari SLB P3ATB (
Perkumpulan Penyelenggaraan Pengajaran Anak Tuli Bisu ) berubah menjadi LPATB (
Lembaga Pendidikan Anak Tuli Bisu ) kemudian berubah menjadi P3ATR (
Penyelenggaraan Pendidikan dan Pengajaran Anak Tuna Rungu ) dan berubah lagi
menjadi YP3ATR ( Yayasan Penyelenggaraan Pendidikan dan Pengajaran Anak Tuna
Rungu) dan akhirnya di ubah kembali menjadi SLBN-B Cicendo hingga sekarang. Sekolah
ini merupakan sekolah luar biasa pertama dan tertua di Indonesia bagi peyandang
Tuli dan bisu.
Sekolah dan asrama perkumpulan penyelenggara
pengajaran Anak Tuli dan Bisu yang saat ini menjadi SLBN-B Cicendo merupakan
saksi bisu bagaimana perjuangan para pejuang pendiri seekolah bagi penyandang
disabilitas khususnya pada penyandang gangguan pendengaran dan wicara, Upaya gigih
dan komitmen para pendiri serta dukungan pemerintah dan masyarakat, menjadikan penyandang
hambatan pendengaran dan Wicara mampu memiliki akses yang setara pada
pendidikan dan kesempatan untuk berkembang sesuai dengan potensi mereka.
Selamat hari berdirinya perkumpulan peyelenggaraan pengajaran kepada anak Tuli
dan Bisu Tahun 2022. Semoga hari ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk
terus menjujung ketesetaran pendidikan bagi disabilitas di Indonesia.
Share It On: